KKIT - Keluarga Katolik Indonesia Tokyo
Stay Connected
  • Home
  • Berita
  • Sejarah
  • Kegiatan
  • Pelayanan
  • Lokasi
  • Kontak

[PI] Romantis, Inter-kulturis, Inter-agamis

22/2/2015

 
 

Pendalaman Iman di bulan Februari yang notabene bulan kasih sayang ini mengangkat tema cinta! Ah yes, love is in the air.  Zaman sekarang banyak yang dipusingkan masalah perjodohan / pasangan hidup. Masalah hubungan beda keyakinan (agama, suku, dll) memang sejak dulu menjadi isu yang "sensitif" di Indonesia. Tidak sedikit yang mendapat pasangan yang berbeda (beda kultur, beda agama, beda jenis kelamin (iya lah ya)). 


Pernah nggak sih orang tua bilang seperti ini: "Kalau bisa sih seiman, tapi kalau enggak....", "Kalau bisa sih yang sama ras, tapi kalau enggak...” begitulah persepsi yang kadang menjadi tekanan tersendiri dari masyarakat. Persepsi demikian tidak salah, dan memang mempermudah kecocokan dalam hubungan.  Para muda-mudi kerap bertanya: “Bagaimana kalau ini terjadi? Apa yang harus dilakukan? Apakah dia jodoh saya dari Tuhan?” Orang tua pun tak luput dari kegalauan: “Kalau anak tanya tentang ini, bagaimana menyikapinya? Apakah alasan cinta itu alasan yang kuat?” Mengutip  Sudjiwo Tejo, "Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa". Orang yang kita kasihi bisa saja berbeda agama, prinsip, suku, budaya, dan lainnya. Lalu bagaimana?

 

Sepertinya topik ini begitu menarik perhatian umat, terbukti dari melonjaknya peserta pada Pendalaman Iman yang dipimpin oleh Romo Firman ini dimulai dengan sesi curhat sharing dari beberapa teman yang memiiki pengalaman tersendiri di romansa lintas kepercayaan: bagaimana kendalanya, bagaimana menjalaninya, suka-dukanya, dan lan-lain.

 

Dari hasil diskusi dan sharing warga KKIT, dapat diambil beberapa poin. Dalam suatu relasi, sudah seiman dan sesesuai apapun seseorang dengan yang lainnya, tentunya akan ada perbedaan.  Berbagai perbedaan jangan sampai mengotak2an kita ataupun membatasi kita dalam mengasihi sesama. Dibandingkan melihat perbedaan2, yang perlu dilihat dari pasangan adalah sensus fidelis (sense of the faithful- keimanan) dari masing2 pribadi. Dengan kata lain, perilaku iman orang itulah yang dapat dijadikan modal/ pegangan bagi kehidupan bersama ke depannya. Hubungan yang penuh kasih, kelemahlembutan, dan ketentraman adalah berharga di mata Allah (1 Petrus 3:1-7).

 

Gereja memiliki dasar untuk tidak menolak bulat pernikahan beda keyakinan

1Kor -7:12 Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia.7:13 Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.7:14 Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.

 

Dengan demikian, tidaklah dibenarkan jika kita menjadi "sempit" dengan mengotak2an, atau membuat batas2 dalam mencintai. Bukanlah "agama" yg harus diliat, melainkan sensus fidelis dari orang itu, "perhiasan batiniah" yang membuat kedua orang itu bisa saling menguduskan.

 

Permasalahan nyata yang akan timbul misalnya bagaimana dnegan pendidikan buah hati nanti?

Pada dasarnya romantisme itu diciptakan Tuhan untuk pro-kreasi, jadi berhubungan dengan point sebelumnya yang disebutkan, hubungan antar pasangan itu berpulang pada iman individu terhadap Tuhan yang memerintahkan "Berkembang biaklah...".  Sepertinya perlu untk bertanya  ke diri sendiri: apakah saya pantas untuk  mendidik anak dengan kondisi seperti saat ini (misalnya inter- inter-), tentunya perlu dipikirkan dengan matang. Di kitab hukum kanonik pun diharapkan orang tua sebisa mungkin mendidik anaknya dalam ajaran Katolik, sekalipun salah satu orang tua bukan Katolik.

 

Tentunya akan ada kompromi, akan ada mengalah. Normal untuk hubungan apapun. 

Tantangan khusus bagi hubungan antar keyakinan adalah olah iman dari masing2 individu sehingga perbedaan justru membuat mereka terus belajar dan saling memperkaya iman yang lainnya.

Yang diharapkan adalah dengan melewati semua itu, pasangan dapat menghasilkan KREASI positif yang menjadi inspirasi, garam, dan berkat bagi keluarga dan sesama.

Selamat Datang KKI Yokohama!

7/2/2015

 
Picture
Misa Perdana KKI Yokohama
Shinkoyasu (07/02/2015)- Tahun baru, bulan baru, keluarga baru! Ya, KKIT mengucapkan selamat datang bagi Komunitas Katolik Indonesia Yokohama (KKIY) !

KKIY lahir atas kerinduan umat Katolik Indonesia atas komunitas yang memadahi iman dan semangat berkumpul di lokasi yang memadai bagi warga Yokohama. Setelah jerih payah umat dilakukan , diskusi dengan Pastur paroki setempat, dan konsultasi dengan Romo-Romo pembimbing KKIT, akhirnya KKIY sukses mengadakan Misa Perdananya pada awal Februari lalu.

Semoga KKIY tumbuh dan kian menjadi garam dan terang  bagi wilayah Yokohama dan sekitarnya, serta bisa terus bekerja sama dengan KKIT.

Kepada umat yang tertarik untuk bergabung dan berpartisipasi dapat melihat profil KKIY di bagian Lokasi dan Pengurus.

Selamat Natal 2014!

28/12/2014

 
Yotsuya (28/12/2014)- KKIT telah mengadakan Misa dan Perayaan Natal 2014 bersama.
Hari yang sibuk ini dimulai awal oleh para Panitia dibantu oleh umat sekalian baik dalam menyiapkan konsumsi untuk ramah tamah, dekorasi, dan juga yang tidak kalah penting: mempersiapkan misa.
Misa yang dipimpin oleh Romo Firman ini dimulai pada pukul 13.30 di Kapel Maria dan dipenuhi oleh umat KKIT dan sekitarnya.
Setelah misa usai, acara dilanjutkan dengan perayaan natal bersama. Pada tahun ini banyak kejutan menyenangkan. Adik-adik mungil KKIT mempersembahkan iringan lagu dan nyanyian yang indah dan menggemaskan. Ada pula Santa Claus yang datang dan membagibagikan hadiah! 

[PI] Perubahan sikap Gereja Katolik? Menanggapi 'revolusi' Paus Fransiskus

23/11/2014

 
Picture
Picture courtesy: penakatolik.com
Yotsuya (23/11/2014)- Setelah berkali-kali diberi harapan palsu, akhirnya pendalaman iman yang lama tertunda akan diadakan!

Topik pada PI kali ini: "Perubahan sikap Gereja Katolik? Menanggapi 'revolusi' Paus Fransiskus"

Oktober lalu telah diadakan Sinode Luar Biasa di Vatikan yang  mendiskusikan tentang keluarga modern dewasa ini, termasuk isu-isu kontroversial seperti: mengizinkan orang katolik yang sudah bercerai untuk boleh sambut ekaristi, pembatalan nikah, kontrasepsi, teori gender, dan pastoral bagi pasangan sesama jenis: hal-hal yang tentunya dilarang keras pada konsep Gereja yang kita ketahui sebelumnya. Beberapa hal yang cukup menghebohkan dunia persilatan Katolik dan mengundang dari kekaguman sampai protes dari berbagai pihak. Lalu kenapa dipertimbangkan lagi? 

Sebenernya apa sih dasarnya? Apakah kita selayaknya menerima mereka karena kita tidak seharusnya menghakimi?

Paus Fransiskus dengan kata-katanya "Who am I to judge?" memang dikenal sebagi figur yang selalu berpegang teguh dengan hukum cinta kasih yang diajarkan Kristus sendiri.

        Terlebih dahulu kita perlu melihat dari latar belakang urgensi dari terselenggaranya Sinode tersebut. Aggiornamento- semangat pembaruan diri Gereja dengan perkembangan jaman. Begitu banyak permasalahan keluarga yang bermunculan seiring dengan perkembangan jaman yang tidak dapat diselesaikan jika mengikuti aturan Gereja lama, sebut saja keluarga yang bermasalah (broken families). Saat saudara-saudara kita berbuat salah, tertimpa masalah hidup, dan tidak sejalan dengan ajaran Gereja, apakah kita akan meninggalkan mereka?

       Paus mengajak kita untuk kembali pada dasar kepercayaan kita : hukum kasih. Selayaknya Gereja merangkul mereka yang tersesat, dan mengantarkan mereka ke kasih persaudaraan yang sejati, yakni dengan mewadahi mereka untuk kembali ke Jalan Kebenaran. Paus ingin menghidupkan kembali ajaran Yesus dalam aturan-aturan gereja, dan jika perlu meniadakan aturan-aturan yang tidak sehat bagi semangat kasih Gereja. Selain itu, sesungguhnya isu-isu kontroversial di atas hanyalah bagian kecil dari banyak hal yang dibahas pada Sinode tersebut, banyak juga persoalan lain yang dibahas dalam sinode tersebut.

-karena manusia diciptakan oleh Bapa baik adanya-

Tertarik dengan bacaan lebih lanjut?
Bisa dicek di http://www.vatican.va/roman_curia/synod/documents/rc_synod_doc_20141209_lineamenta-xiv-assembly_en.html



Rerere2014

11/10/2014

 
Yokohama (10/2014) - Pada weekend ceria, yakni Sabtu-Minggu, 11-12 Oktober 2014, KKIT kembali mengadakan Rerere (Retret, Rekoleksi & Rekreasi) 2014 dengan tema "Mempertahankan Iman di Tengah Masyarakat Sekuler".Berbeda dengan tahun sebelumnya, Rerere tahun ini diadakan di Kodomo no Kuni, Yokohama. Terhitung terdapat sebanyak 46 peserta yang menginap, dan 6 peserta yang tidak menginap.

Begitu banyak hal yang didapat pada Rerere yang sulit terangkum dengan kata-kata: illmu, sahabat, kesegaran, pengembangan iman, makanan (ehh..).

 Berikut beberapa foto Rerere 2014:
Terima kasih Panitia Rerere 2014 atas kerja kerasnya dalam menyiapkan acara.

Terima kasih juga teman-teman yang udah ikut meramaikan Rerere 2014.

Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di Rerere 2015!

Selamat Menempuh Hidup Baru Elis dan Andi!

28/9/2014

 
Segenap Pengurus dan Umat KKIT turut berbahagia dan mengucapkan 
selamat menempuh hidup baru bagi keluarga kami:

Andi Prasetyo
dan
Elisabeth Siregar

yang melangsungkan Sakramen Pernikahan 
pada hari Minggu, 28 September 2015 di Kapel Maria, Yotsuya. 

Picture

[PI] di bawah hukum atau di bawah kasih?

7/9/2014

 
Yotsuya (7/9/2014)- Hai kawan-kawan KKIT. Pendalaman iman yang akan diulas pada hari ini adalah tema: Di bawah hukum dan di bawah kasih Tuhan

Hukum Taurat merupakan hukum yang disampaikan Tuhan melalui Musa, terutama menunjuk pada 5 kitab awal di Perjanjian Lama (Kejadian, Keluaran, Ulangan, Bilangan, Ulangan) atau “Pentateukh”. Tentu saja Hukum Taurat yg paling ‘terkenal’ adalah 10 Perintah Allah.

Jadi apakah masih relevan untuk umat Katolik? St. Thomas Aquinas di bukunya Summa Theologica , membagi Hukum Taurat menjadi 3 macam. Hukum Moral, seperti 10 Perintah Allah, masih berlaku sampai sekarang. Hukum seremonial, seperti persembahan kurban, sudah tidak berlaku karena digenapi oleh Kristus. Dan Hukum yudisial, seperti hukum cambuk, yang sudah tidak berlaku lagi.

Yohannes 1:17 menyatakan bahwa “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus”. Walaupun kita tahu bahwa bagi umat Katolik, ada bagian hukum Taurat yang masih relevan sampai sekarang, Taurat tidak bisa dipakai untuk pembenaran manusia di hadapan Allah. St. Paulus menyadari hal ini dan menyampaikan bahaya manusia yang terlalu berfokus kepada hukum (Rm 3:20, Rm 7:19-20, Gal 2:16, Gal 3:10-12).

Yesus berkata hukum terpenting adalah kasih terhadap Allah dan manusia (Mat 22:37-40) dan ini sesuai dengan 10 Perintah Allah! Perintah 1-3 (Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu) dan Perintah 4-10 (Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri). Jadi memang benar bahwa hukum Taurat diteguhkan (Rm 3:31).

Kasih karunia Tuhan membuat kita, dombaNya, tidak lagi fokus pada diri sendiri (bagaimana SAYA bisa masuk surga dengan usaha SAYA mematuhi hukum) ke fokus ke Tuhan (bagaimana TUHAN membantu saya dengan kasih TUHAN yang dilimpahkan kepada saya).

Kesadaran bahwa kasih karunia Tuhan bekerja pada diri kita menyadarkan kita bahwa semua usaha kita adalah “pemberian Allah” dan membuat kita lebih rendah hati (Ef 2:8-9).

Tapi ingat unconditional love (cinta tak bersyarat) dari Allah bukan tanpa syarat. Syaratnya hanya gampang: datang kepadaNya. Seperti orang bagi bagi duit, kalau kita tidak ke sana kita tidak akan mendapatkannya. Sama seperti kasih karunia Tuhan, kita hanya perlu minta dan kita akan diberikan gratis tanpa pendaftaran!

Jadi sebagai Katolik marilah kita menyadari kasih karunia Tuhan yang diberikan kepada kita. Marilah kita menjaga ‘hadiah’ ini dengan menjaga kesucian kita (patuh pada hukum yang berlaku, berbuat baik) (Rm 6:1-2). Dengan mematuhi Taurat sebelum kedatangan Yesus, kita mulai dari 0 dan berjuang untuk nilai 100 di hadapan Tuhan, dengan kasih Tuhan kita otomatis dapat nilai 100 dan berusaha berbuat baik biar nilai kita tidak ‘di-minus’.

Bersyukur juga sebagai umat Katolik ya!

[PI] Harga Talenta

29/6/2014

 
Picture
Yotsuya (29/06/2014) - Di hari Minggu yang cerah KKIT-Yotsuya kembali mengadakan Pendalaman Iman. Pendalaman yang pada kesempatan ini dipimpin oleh Romo Bosco dan dimoderatori oleh Edwin mengambil tema : Harga Talenta.
Ketinggalan diskusi hangatnya? Tenang saja, bisa disimak di rangkuman di bawah ini.

[Berapa sih harga talenta?]
Talenta berasal dari kata Latin Talentum yang merupakan nilai uang pada masa kekaisaran Romawi. 1 talentum setara dengan 6000 dinar/ keping perak. 1 keping perak pada masa itu mengandung sekitar 3.24 gram perak murni. Jika dikalikan dengan harga perak saat ini, maka satu talenta berkisar 132juta rupiah. Pantaskah si hamba yang menerima 1 talenta mengubur uang tersebut?

[Apa sih talenta itu?]
Talenta bukan hanya berarti bakat/ keahlian, melainkan semua sumber daya yang kita peroleh dari Bapa, sehingga juga mencakup waktu, kesempatan, sumber daya, fisik/raga, dll yang kita terima.

[Wah, kalau begitu kita punya banyak talenta dong. 
Kira-kira kenapa ya kita diberi talenta yang berbeda2?]
Betul, sesungguhnya talenta kita tidak terbatas.
Seperti pada perumpamaan di bacaan, masing-masing dari kita diberi talenta menurut kesanggupan kita. Kenapa? Karena masing-masing dari kita memiliki peranan dan panggilan hidup yang berbeda-beda. Masing-masing dari kita spesial. Hal ini penting supaya kita semua dapat saling melengkapi dan secara menyeluruh memelihara segala ciptaan Tuhan di dunia ini.

[Kalau begitu, bagaimana ya menggunakan talenta yang kita punya?]
Pertama, syukuri dan gunakan talenta yang kita punya sebaik-baiknya.
Ingat, kita diberi talenta bukan untuk disimpan/ didiamkan (seperti hamba yang pemalas), melainkan untuk didayagunakan. Ingat juga, malas itu salah satu dari dosa besar.


Dan yang paling penting, talenta yang ada "dikembalikan" pada Tuhan dengan cara dikaryakan bagi kebahagiaan sesama. 


*Btw ini foto yang hadir kemarin. Luar biasa ceria sekali nampaknya..
Sampai bertemu di PI bulan Juli!

Sakramen Krisma Umat KKIT 2014

18/6/2014

 
Picture
Pada tanggal 15 juni 2014 yang lalu telah berlangsung Misa penerimaan Sakramen Krisma oleh Yang Mulia Bapa Uskup Agung wilayah Tokyo, Petrus Okada Takeo bertempat di Paroki Kichijouji. Jumlah calon penerima Sakramen Krisma untuk kesempatan ini berjumlah 40 orang dan 7 orang diantaranya adalah saudara/i kita yang berasal dari Indonesia. Bergabungnya saudara/i kita melalui gereja Kichijouji ini juga berdasarkan izin dari Romo Paroki setempat yaitu Romo Miyasaki dan berkat bimbingan dari Romo Adrianus Leingere Hayon (Ardy) S.V.D. Mari kita berdoa bagi semua penerima Sakramen Krisma dan terutama untuk ke tujuh saudara/i kita ini : "Semoga lewat urapan Sakramen Krisma yang diterima, iman mereka senantiasa dikuatkan agar mampu menghayati nilai nilai kristiani dan berani menjadi saksi Kristus yang sejati. Amin."

Sedikit perkenalan tentang Romo Ardy yang merupakan Romo pendamping dalam penerimaan Sakramen Krisma umat KKIT kesempatan ini (diambil dari website gereja Kichijouji) :

My name is Adrianus Hayon, and my nickname is “Ardy”. I am from East Flores-NTT-Indonesia. I joined the SVD (Divine Word Missionaries) as a postulant in 1996 after I had finished Senior High School. After three years as a postulant and novice, I took my first vows on 15 August 1999 at Nenuk-Timor-Indonesia. Then, I studied philosophy for four years (1999-2003) at the Institute of Theology and Philosophy of Ledalero-Maumere-Flores-Indonesia before being sent to Japan for OTP (Overseas Training Program). After finishing my OTP in two years (2004-2006), I decided to continue my theological studies at Nanzan University in Nagoya. I professed final vows as an SVD on August 11, 2007, and was ordained a priest in October of 2009 at Nanzan Church in Nagoya. My first assignment was Akita Church as an assistant parish priest, and I worked there for about two years (2010-2012). I was appointed to Kichijouji Church on April of 2012.

There is a saying that “Youth is an opportunity” : As a young man, St. Francis of Assisi enjoyed his life. But when he realized the emptiness in his life, he found fulfillment only when he offered himself to the service of God. Also in the story of Samuel, God called him when he was still young-young both physically and spiritually. The bible says that Samuel did not recognize the voice of the Lord because it was not yet been revealed to him. In other words, he had not known God personally. God, however, kept calling Samuel until he answered.

God can call anyone at any time to do anything. “Now is an opportunity” for you among the young people to answer God’s calling. Respond to it in the same way Samuel did: “Speak Lord, for your servant is listening.”

St. Anselm, Meguro Church Christmas Mass (Misa Natal) 2013 & New Year 2014

16/12/2013

 
Picture
聖アンセルモ教会: 24 December 2013 17:00 *Family Mass for public 19:00 *18:40 Christmas Carol 21:00 (English Mass) 23:00 *22:40 Christmas Carol 25 December 2013 11:00 12:00 (English Mass) *No mass at 7:00 1 January 2014 00:00 (English Mass) 11:00
<<Previous

    RSS Feed

    Author

    Pengurus KKIT

    Archives

    February 2015
    December 2014
    November 2014
    October 2014
    September 2014
    June 2014
    December 2013
    November 2013
    October 2013
    September 2013
    August 2013
    April 2013
    December 2012
    November 2012
    October 2012

    Categories

    All
    Calendar
    Event
    Kitab Suci
    Komunitas
    Pastor
    Pendalaman Iman
    Sakramen Krisma
    Sport

    Kalender Liturgi

    imankatolik.or.id
    Kalender bulan ini
Powered by Create your own unique website with customizable templates.